Hidup adalah tantangan. Dalam begitu banyak kesempatan Tuhan menantang manusia. “akankah mereka bisa berfikir jernih” –afala tatafakkarûn-. “bisakah mereka berhati dingin” –afala tatadabbarûn-. “dapatkah mereka memakai logika yang tepat”, –afala ta’qilûn-. Kata-kata di atas adalah penggalan firman Tuhan dalam kitab suci al-Qur’an. Biasanya kata-kata itu dijadikan pungkasan dari sebuah ayat. Setelah membahas satu tema, di akhir tema itulah penggalan kata itu diselipkan. Biasanya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema sehari-hari. Tapi, tema-tema tersebut memilki tingkat kesulitan yang lumayan. Anasir lain yang juga unik adalah kata ummatan wahidatan. Artinya ummat yang satu atau satu kesatuan ummat. Dalam beberapa konteksnya kata itu biasanya dibarengi dengan kata ikhtalafa berbeda atau yang semakna. Maksudnya buat apa manusia geger dan rebut-ribut terus, wong kita satu atap, satu ummat dan satu bapak. Bahkan dalam pernyataan yang klimaks disebutkan bisa saja Tuhan menjadikan manusia “satu warna”, tapi jika itu terwujud, toh mereka juga masih saja akan ribut-ribut”. Itu pernyataan Tuhan. Bukan manusia. Artinya itu perkataan yang jujur 100%. Itu realita. Itu adalah watak. Itu adalah fitrah. Dan itu adalah karakter asli manusia. Mereka dicipta dalam keluarga yang satu tapi dengan karakter yang berbeda. Bukan berarti manusia dicipta untuk berbeda. Tetapi mereka dicipta berbeda-beda dari asal yang satu. Itulah tantangan Tuhan. Itu adalah pengakuan Sang Pencipta manusia. Dalam sebuah petuah nabi disebutkan “siapa yang tahu dirinya maka ia akan tahu Tuhannya”. Artinya manusia dianjurkan tahu karakter dirinya. Anatomi tubuhnya. Psikisnya. Tabiatnya. Dan dasar dirinya. Bahwa manusia itu dicipta dari tanah. Dari setetes air, dari segumpal darah, sekepal daging. Artinya, manusia dicipta dari cara dan bahan yang sama. Disisi yang lain manusia juga dicipta dengan watak yang sama yaitu berbeda yang bukan hanya pada bentuk fisiknya saja tapi juga pada pemikirannya. Bahwa manusia itu berbenika. Perbedaan adalah barang suci yang turun dari langit. Ia termanifes pada diri manusia. Makhluk terbaik dalam jagad. Konon beberapa saat menjelang dititahkannya manusia ke bumi, para malaikat protes. Bukankah manusia suka saling bunuh, kata malaikat. Saling tumpas. Dan saling rebut. Saling paksa. Dan saling memperkosa satu sama lain.? Sedang kami –kata malaikat- adalah lunak dan patuh. Bertasbih. Memuji dan memuja-Mu. Namun, Tuhan hanya membalasnya dengan sepenggal kalimat “Aku lebih tahu tantang apa-apa yang kalian tahu”. Malaikat pun tak kuasa berucap lagi. Rupanya malaikat telah paham akan konstruks manusia. Yang menurut mereka biang pertumpahan darah di bumi. Mereka egois. Mereka suka menjajah. Bagi malaikat, manusia bisa merusak tatanan bumi dengan watak imperialisnya. Manusia yang satu harus tunduk pada manusia yang lain. Baik tingkahnya, pemikirannya dan keyakinannya. Dan untuk itu darah pasti mengucur. Tapi setelah proses allama’ atau mengalimkan manusia, malaikatpun percaya akan masa depan manusia di bumi. Bahwa disamping sifat-sifat loba tadi, manusia memiliki kekuatan intelektual yang luar biasa. Betapa tidak, Tuhan telah bersabda wa allama Adama al-asma’a kullaha. Di sana ada kata kullaha yang menjadi taukid atau penguat. Bahwa manusia adalah makhluk dengan kecerdasan yang luar biasa. Itu adalah cerita yang sangat dulu. Saat manusia masih dua batang kara Adam dan Hawa. Artinya, dulu manusia adalah penghuni langit. Dan saat diturunkan ke bumi ia pun dibekali benda-benda langit ilmu, sifat-sifat dasar, wataknya yang berbeda dan lain lain. Tetapi, belum lama setinggalnya manusia di bumi. Setelah Adam dan Hawa bertemu. Setelah lahir Qobil dan Habil, bangsa manusia pun harus tunduk malu pada bangsa malaikat. Dugaan malaikat pun benar. Itulah pertumpahan darah pertama di bumi. Ternyata manusia pun gagal memanfaatkan benda-benda langit yang ada pada dirinya. Manusia tergiur oleh benda-benda bumi. Dimana ilmu yang telah disematkan pada manusia itu? Itulah problemnya. Di bumi, manusia bertemu dengan benda-benda bumi yang sekedar laibun’ wa lahwun’ permainan dan guyonan. Namun, benda-benda bumi itupun akhirnya diperebutkan dan diperjuangkan. Yang karena itulah benda-benda langit terlupakan. Manusia lupa bahwa ia adalah pintar. Ia lupa dengan dirinya sendiri. Pada tahapan selanjutnya, benda-benda bumi yang lain pun lahir. Dalam bahasa manusia ia biasa disebut dengan idiologi sebuah kata yang menunjuk pada sesuatu yang diyakini dan dianut. Ada pula politik sebuah nama yang biasa digunakan pada ranah kekuasaan. Ada juga ekonomi sebuah pesan yang menunjuk pada harta dan property. Dan masih banyak benda-benda bumi yang lain. Benda-benda inilah yang kemudian memberangus identitas manusia. Tetapi bisa jadi itu adalah alat untuk meneguhkan jati dirinya. Bahwa ialah yang patut diturut. Bahwa ialah yang layak berkuasa. Bahwa dia pula yang layak untuk mendapat harta. Maka, benar apa kata Tuhan. Bahwa dari sekian tantangan yang diberikan pada manusia hanya sebagian kecil yang bisa melewatinya. “tetapi, kebanyakan manusia tidak bisa berfikir sehat” –wa la kinna aktsarannasi la ya’qilun”. Itu kata Pencipta Manusia.
AfalaTatafakkarun Jumat, 04 Mei 2012 Hidup Sederhana, Hidup Zuhud Alangkah indah hidup yang berselimut kezuhudan, kesederhanaan dan kekayaan hati. Dengan ketiganya, tak ada rasa was-was yang disebakan harta atau kesenangan dunia melekat dalam diri kita. Imam Al-Ghazali menyebutkan 3 tanda zuhud, yaitu : 1. The animal of rationale. Seperti perkataan seorang filsuf Athena, Aristoteles. Ia memberikan suatu makna yang memungkinkan manusia terus eksis dalam kehidupannya. Tak ayal jika dalam Al-Qur’an banyak ungkapan retoris afala ta’qilun. Juga afala tatafakkarun, atau afala yatadabbarun yang tidak kurang dari 200 kali. Tulisan ini akan menguraikan ayat Farmakognosi dalam kerangka Islam. Manusia yang memiliki akal-pikiran al-hayawan an-natiq seyogianya berfikir tafakkur dan memahami tafaqquh. Kemudian merenungi tadabbur fenomena alam yang sejatinya adalah tanda kebesaran ilahi dalam tatanan kosmologi yang fana ini. Tanda kebesaran Tuhan tidak serta merta berupa legal-etis mengajak manusia hidup di jalan yang benar atau salah. Dalam hal ini, manusia perlu untuk mengkaji dan berdialektika dengan alam melalui suatu riset nalar practical dan instuitif empirical untuk mereguk pesan moral yang terkandung di dalamnya. Penalaran Manusia Kemampuan nalar atau disebut aql ju’zi memungkinkan manusia memahami fenomena eksternal yang nampak. Serta kemampuan instuisi atau dikenal aql kulli membuat manusia mampu melihat aspek internal dan realitas esetoris. Demiakian cara Tuhan menunjukkan kebesaran-Nya. Melalui ayat normarif yang diwahyukan secara langsung berupa nomos bagaimana manusia semestinya hidup qauliyah. Juga melalui ayat fenomenologis yang memerlukan telaah dan kesadaran kauniyah. Sejatinya, sumber ilmu dalam Islam ada dua, wahyu Al-Qur’an dan alam semesta. Mengamalkan dan mentafakkuri keduanya menjadi suatu wasilah yang menempatkan manusia dalam hierarki nilai penghambaan yang sejati. Sebagai khairu ummah atau tataran al-makrifah. Sayyed Muhammad Nuqaib Al-Attas memberikan suatu metodologi episteme antara bahasa wahyu dan bahasa penciptaan, yakni metode tafsir dan takwil. Untuk memahami ayat-ayat pasti digunakan metode tafsir dan untuk memahami ayat-ayat yang samar diperlukan metode takwil. Tafsir bukanlah pemahaman yang final, dibutuhkan takwil untuk mendapatkan makna yang komprehensif dan lebih mendalam. Ayat Farmakognisi Ayat farmakognosi adalah ayat yang menelaah khasiat obat yang terkandung dalam aneka macam tumbuhan. Terdapat perbedaan pendapat tentang jumlah ayat farmakognosi dalam Al-Qur’an. Meski sekurang-kurangnya terdapat 750 ayat yang menyebut aneka tumbuhan, ayat farmakognosi termasuk ke dalam ayat kauniyah. Karena memahami manfaat pengobatan dalam tumbuhan membutuhkan riset ilmu pengetahuan. Berbeda dengan Barat, riset ilmu farmakognosi dalam Islam tidak bebas nilai value-laden. Melainkan terdapat syariah sebagai basis nilai dasar kemanusiaan yang membingkainya. Karena sejatinya ilmu pengetahuan dalam Islam dipahami sebagai suatu produk pemahaman atas wahyu Tuhan yang didukung oleh agama dan diperkuat dengan akal-instuitif manusia. Tumbuhan Obat dalam Al-Qur’an Dalam bukunya dengan tajuk “Tumbuhan Obat dalam Al-Qur’an”, seorang Sarjana Farmasi Universitas Gadjah Mada UGM, Karyanto. Ia hanya menguraikan 23 jenis tumbuhan yang disebutkan secara leksikal dalam ayat Al-Qur’an. Seperti al-mann Al-Baqarah 57, Al-A’raf 160, Thaahaa 80-81. Kemudian basal atau bawang merah, fum atau bawang putih, qiththa atau mentimun dan adas atau kacang Al-Baqarah 61. Lalu, inab atau anggur Al-An’am 99, Ar-ra’d 4, nakhl atau kurma An-Nahl 16, Al-Kahfi 32, rumman atau delima Al-An’am 141, Ar-Rahman 68, zaitun Al-Mu’minun 20, At-Tin 1. Selanjutnya Zaqqum Ash-Shaffat 62-68, Al-Waqiah 52-55, khardal atau rai Al-Anbiyaa 41, Luqman 16, Sidr atau bidara. Juga khamt atau siwak dan athl Saba’ 16, yaqtin atau labu Ash-Shaffat 146, rayhan atau kemangi Ar-Rahman 26, Al-Waqiah 89. Ward atau mawar Ar-Rahman 37. Talh atau pisang Al-Waqiah 29, kafur Al-Insan 5, zan jabil atau jahe Al-Insan 17. Lalu buah tin At-Tin 1, dhari Al-Gahsiyah 6-7, tuba Ar-ra’d 29. Ada banyak sekali khasiat obat dalam buah dan tumbuhan di atas sebagaimana diuraikan Karyanto dalam buku ini. Salah satunya adalah khasiat basal atau bawang merah yang banyak manfaat. Seperti memperkuat lambung, membangkitkan gairah, memperbanyak hormon, menghaluskan kulit, menghilangkan dahak serta membersikan lambung. Juga pisang dengan kandungan vitamin C, B1, B2, B6, B12, bisa menghilangkan sesak dada, gangguan paru-paru, batuk, kolestrol, luka ginjal. Bahkan kandung kencing yang memperlancar buang air kecil Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, 2004 354-355. Tafakkur Ayat Kauniyah Dengan mentafakkuri ayat-ayat kauniyah, kita tentu menyadari bahwa semua ciptaan Tuhan di dunia merupakan rahmat besar dari-Nya. Tuhan sendiri telah membekali manusia dengan kondosi ontis yang sempurna sebagai modal untuk menguak tanda-tanda kebesaran-Nya. Kondisi kemanusiaan itu menuntut kita untuk selalu bertafakkur tentang ciptaan-Nya. Al-Qur’an merepresentasikan itu dengan tokoh Ulil Albab yang senantiasa berdzikir dan berfikir sebagai pedoman hidupnya Ali Imran 190-191. Oase semangat tafakkur terhadap alam kaun terus dinyalakan oleh para ilmuan Muslim. Mereka juga mengkhawatirkan realitas sains modern Barat yang terus menggempurkan adanya free value tanpa terikat dengan kerangka nilai dan dogma religius. Mereka yang diakui sebagai pelopor muslim adalah Sayyed Hussein Nasr, seorang Fisikawan muslim asal Iran dengan konsep “Islamisasi sains”. Sayyed Muhammad Nuqaib Al-Attas dengan semangat “Islamisasi ilmu” dan Islmail Raji Al-Faruqi yang menawarkan pembaharuan “Islamisasi pengetahuan modern”. hal. 11 Islamisasi Sains Islamisasi sains isalamization of science adalah semangat kebugaran konsep yang membangun paradigma keilmuan berlandaskan nilai-nilai keislaman. Baik aspek ontologis, epistimoligis maupun aspek aksiologisnya. Sains Islam adalah pengetahuan yang dibedakan dari sains Barat. Epistimologi sains Islam tetap dalam koridor nilai syariah sebagai basis orientasi yang tidak distruktif dan inheren dengan permasalahn manusia. Usaha ini merupakan bagian manifestasi bentuk syukur atas rahmat tuhan yang telah menjadikan manusia sebaik-baiknya makhluk. Barang tentu ini wujud keshalehan sosial yang berusaha menempatkan relasi manusia dan alam berada terus dalam koridor kemanfaaatan. Sehingga manusia selalu berada dalam ikhtiyar penghambaan untuk mencapai ridho-Nya. Sejalan dengan ayat yang menggoreskan tujuan hidup dalam sanubarinya wa ma khalqtul jinna wal insa illa liya’buduni. “Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku saja” Adz-Dzariyat 56. Tentang Buku Judul Tumbuhan Obat dalam Al-Qur’an Perspektif Sains Islam Bidang Farmakognosi Penulis Karyanto Penerbit Global Mediana Indonesia, Depok Tahun Terbit Edisi I, April 2021 Tebal 99 Halaman ISBN 978-623-93053-1-4 Penyunting Ahmed Zaranggi Ah{mad Mustafa al-Maragi dalam kitab tafsirnya menyebutkan lima pengertian Ummah yang dipakai dalam al-Qur'an, yaitu: 1. Ummah dalam pengertian akidah atau dasar-dasar syari’at (Q.S. al-Anbiya' : 92). 2. Ummah dalam pengertian sekelompok orang yang terikat dalam suatu ikatan yang kokoh ( Q.S. al-A'raf : 181). 3.“AFALA TA’QILUN DAN AFALA YATAZAKKARUN” BERULANGKALI DALAM QUR-ANULKARIM BUKANKAH INI MENUNJUKKAN BEGITU PENTINGNYA BAGI MANUSIA UNTUK BERPIKIR? BUKANKAH IBADAH BERPIKIR YANG TERTINGGI NILAINYA DISISI ALLAH? IBADAH LAINNYA AKAN SIRNA ANDAIKATA MANUSIA TIDAK MENGAWALINYA DENGAN IBADAH BERPIKIR KECUALI BAGI KAUM AWWAM hsndwsp Acheh - Sumatra di Ujung Dunia Bismillaahirrahmaanirrahiim وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ -٣٠- وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ -٣١- قَالُواْ سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ -٣٢- "Dan ingatlah ketika Tuhan-mu Berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka Bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang akan mengadakan kerusakan dan pertumpahan darah di sana, sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia Berfirman, “Sesungguhnya, Aku Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” QS, 2 30 ......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................... Allah menjadikan Wakilnya, Nabi Adam di Bumi untuk membimbing manusia dan jin ke jalanNya yang benar tetapi para Malaikat mengkhawatirkan nanti manusia akan melakukan kerusakan dan pertumpahan darah. Sepertinya para Malaikat menghendaki agar merekalah yang akan dijadikan sebagai Wakilnya dengan alasan mereka senantiasa bertasbih dan memujiNya. Disini terindikasi bahwa dengan alasan senantiasa bertasbih dan memujinya, tidak tepat untuk menjadi Wakil Tuhan. Setelah memberitahukan para Malaikat bahwa Dia mengetahui apa yang tidak diketahui para Malaikat, Allah menjelaskan alasanNya kepada yang bertanya baca para Malaikat. Hal ini menjadi titik awal yang harus dipikirkan Manusia dan Jin bahwa kita tidak boleh sekedar mengatakan “ya” atau “tidak” tanpa alasan yang membuktikan “ya” dan “tidak” tadi. Setelah membuktikan alasannya dengan mempersilakan Para Malaikat untuk bernegosiasi dengan Adam/Manusia. Setelah Adam mengalahkan para Malaikat, pelajaran yang harus kita petik adalah, para Malaikat sebagai pihak yang lemah argumennya saat bernegosiasi, langsung mengaku kesala hannya dan meminta maaf kepada Allah swt hingga Allah memerintahkan kepada semua Malaikat untuk sujud kepada Adam. Realitanya semua Malaikat menta’ati perintah Allah kecuali Malaikat yang bahan bakunya Api Iblis, secara takabbur menentang perintah Allah hingga Allah memfonis nya sebagai “Kafir”. Andaikata Allah swt menjadikan wakilNya dalam bentuk Malaikat dimana Manusia tidak mampu melihatnya bagaimana mungkin mengikutinya secara sempurna. Hal itu sama saja tanpa wakilNya Allah juga mampu membimbing manusia kejalan Nya yang lurus. Sebagai contoh, Allah pasti bisa menurunkan hujan tanpa Malaikat yang ditugaskan untuk urusan tersebut, tetapi kenapa Allah tidak langsung menurunkan hujan untuk kawasan yang dibutuhkannya? Realitanya Allah Membuat Matahari untuk memanaskan permukaan Laut. Air laut yang sudah panas membubung naik ke udara proses penguapan/destilasi. Lalu angin meniupnya ke kawasan gunung. Hujan lebat turun di gunung lalu membentuk sungai, lalu kembali menggapai laut. Yang ditugaskan Allah untuk urusan tersebut adalah Malaikat aparatNya tetapi diatur melalui proses destilasi alami agar Manusia tidak buntu saat berpikir proses penurunan hujan tersebut. Demikian jugalah Allah tidak membimbing manusia dan jin secara langsung tetapi melalui WakilNya, dimana yang pertama adalah Adam alaihissalam. Andai kata Manusia memiliki bahan baku sama dengan Malaikat sinar, barulah wakilNya diangkat dari Malaikat. Pertanyaan selanjutnya adalah System yang dikehendaki Allah dalam kehidupan manusia dalam bernegara, bermasyarakat dan berkeluarga. Dalam hal ini Allah berkata “Innaddiina indallahil Islam”. Bagi manusia yang mau berpikir secara benar pasti yakin bahwa Agama itu tidak akan terpelihara keasliannya tanpa System yang benar baca Negara Islam/Daulah Islamiyah/System Islam. Yang perlu kita garisbawahi adalah “Substantif” nya bukan sekedar nama. Pada saat Nabi Adam sudah beranak pinak sebagai suatu keluarga dan itu juga sebagai masyarakat, disebabkan hanya itulah masyarakat manusia yang pertama, hukum kawinpun berbeda dengan hukum kawin di zaman kita sekarang ini yang juga beragama Islam, bermasyarakat Islam dan bernegara Islam tetapi substantifnya saja, tidak difokuskan pada nama. Sa’at Nabi Yusuf membangun Masyarakat Islam dan negara Islam di Mesir juga substantivenya jelas sekali sebagai “Negara Islam” dimana beliau mampu merobah kehidupan yang penuh perbudakan menjadi kehidupan yang Islami. Demikian jugalah yang diaplikasikan Nabi terakhir, Muhammad saww juga tidak dipopulerkan de ngan nama Negara Islam tetapi Suibstantifnya jelas sekali itu adalah Negara Islam. Mungkin timbul be berapa pertanyaan, diantaranya apakah tidak perlu kita berikan Namanya sebagai Negara Islam /System Islam/Daulah Islamiyah di zaman kita sekarang ini macam Republik Islam Iran? Jawabannya adalah nama juga penting tetapi nama tanpa substantive adalah penipuan yang membuat kaum mustadhafin dan kaum yang masih awwam terjerat dalam perangkap penipuan tersebut tanpa disadari. Dizaman kita sekarang ini satu-satunya negara Islam hanyalah Republik Islam Iran. Bayangkan andaikata Republik Islam Iran tidak memberikan nama negara Islam itu, kepada fenomena mana para Pemikir Islam memberikan contohnya sa’at mereka berbicara Negara Islam? Bukankah sangat beralasan kalau pemikir melupakan fenomena negara Islam setelah ideology kaum sekuler menyusub dalam masyarakat Islam paska kewafatan Rasulullah hingga begitu pahit bagi kita saat berbicara suatu system yang Islami? Namun yang sangat penting kita garisbawahi adalah Substantifnya, disamping nama. Sebab nama tanpa Substantif adalah penipuan luarbiasa. Pernahkah anda mendengar keterangan seorang Propessor bahwa negara Islam itu harus diberikan namanya sebagai negara Khalifah, hingga beliau ragu saat melihat Republik Islam Iran dengan alasan negara tersebut tidak memberikan namanya sebagai Negara Khalifah? Beliau juga ragu disebabkan Republik Islam Iran termasuk aggota PBB, dimana beliau juga beralasan disebabkan PBB tidak perca ya kepada Tuhan yang Satu. Ketika beliau berbicara “Ilmu akhiriz Zaman”, beliau tidak dapat menunjukkan fenomena negara Islam yang beliau namakan Negara Khalifah, hanya beliau mampu menunjukkan fenomena Nasrani yang dekat hubungannya dengan kaum Muslimin baca al Maidah 82 yang diwakili oleh Rusia. Betapa pilunya kita kalau hanya mampu mengenal fenomena negara yang dekat dengan Negara Islam/System Islam tetapi fenomena Negara Islam/System Islam sendiri tidak kita kenal fenome nanya, padahal fenomena tersebut sangat jelas yaitu Republik Islam Iran. Mungkin keraguan beliau terhadap Syi’ah Imamiyah 12/Pengikut Ahlulbayt Rasulullah saw/Islam Mazhab Ja’fariah lah yang membuat beliau tidak mampu melihat fenomena negara Islam dewasa ini. Republik Islam Iran bersahabat baik dengan Rusia, Cina, Negara-negara Amerika Latin dan negara manapun yang berwawasan kemanusiaan serta toleran macam Indonesia dibawah kepemimpinan Jokowi dan Ahok Cina sekarang. Perlu digarisbawahi bahwa ada beberapa negara sekarang menamakan diri sebagai negara Islam tetapi substantifnya tidak Islami. Hal ini sama juga dengan orang Alim yang menggunakan surban/berpenampilan macam penampilan Ulama tetapi pikirannya tidak Islami, kan jauh lebih baik kita yang berpenampilan macam orang biasa tetapi pikiran kita Islami macam pikiran Ahlulbayt Rasulullah, minimal pikiran para Sahabat yang setia kepada Rasulullah baca Abu Dzar Ghifari, Al Miqdad dan Salman Al Farisi. Sebelum kita telusuri negara-negara yang sekedar nama saja macam “Nanggrou Acheh Darussalam” realitanya bukan negara tetapi Propinsi, “Brunai Darussalam”, “Arab Saudi yang hanya menggu nakan bendera bermotif Islam”, Negara Khalifah Islam made in Arab Saudi di Suriah+Irak ISIS yang takfiri dan teroris, marilah kita kunjungi Republik Islam Iran. Pada hakikatnya semua negara dibagi kepada 2 katagorie, Negara berkedaulatan Allah dan negara yang berkedaulatan Taghut. Yang terakhir negara Taghut dibagi kepada 2 katagorie juga yaitu System Taghut Despotic dan System Taghut non Despotic. Yang Despotic fasad secara Horizontal dan vertical sedangkan yang non Despotik hanya fasad secara vertical dimana secara Horizontal tidak fasad. Perlu digarisbawahi bahwa Allah swt memfokuskannya secara Horizontal dan system yang fasad secara horizontal, secara verticalpun otomatis ikut fasad. System Kedaulatan Allah di RII, kekuasaan tertinggi dikendalikan oleh seorang Ulama yang disebut “Imam” baca Ayatullah Ruhullah Imam Khomaini yang pertama, kemudian digantikan oleh Ayatullah Sayed Ali Khameney Rahbar. Dibawahnya adalah 12 Ulama Warasatul Ambya’. Lalu dilanjutkan oleh ParlemenLegislatif dan Presiden serta para menterinya, Eksekutif dan Yudikatif. Inilah yang disebut System Wilayatul Fakih, penemuan Imam Khomaini yang belum ada duanya di zaman kita sekarang. Setelah Parlemen membuat Undang-Undang, naskah tersebut diserahkan kepada 12 Ulama/Fakih untuk diteliti apakah bertentangan dengan Qur-an atau tidak. Andaikata bertentangan, dikembalikan untuk diperbaiki. Lalu kedua kali diserahkan kepada 12 Ulama/Fakih. Andaikata masih salah, Ulama/Fakih sendiri yang memperbaiki/mengoreksi, barulah ditandatangani setelah diperbaiki lalu diserahkan kepada Presiden untuk ditindaklanjuti/dilaksanakan sepenuhnya bersanma para Menterinya. Kebanyakan negara lainnya menggunakan system Teori John Locke, dimana ada yang Parlementer Kabinet dan ada juga yang Presidentil Kabinet. Yang Parlementer diatas sekali adalah Parlemen Legislatif, baru kemudian Presiden dan para Menterinya Eksekutif. Lalu diikuti oleh lembaga Yudikatif. Sedangkan yang Presidentil diatas sekali adalah Presiden Eksekutif, baru kemudia ParlemenLegislatif dan terakhir adalah Yudikatifnya. Dalam system yang menggunakan Teory John Locke lazimya yang Presidentil Kabinet, Presidennya menjadi Diktator sedangkan yang parlementer, lazimnya menjadi Diktator Mayority. Berbicara System Islam, mari kita berkaca pada Nabi Yusuf yang rupawan dan Islami. Ketika suatu komunitas/Negara dipimpin oleh orang-orang yang berwawasan kemanusiaan, kaum Muslimin tidak dibenarkan untuk berevolusi. Kecuali suatu negara sudah begitu menyelimet kezalimannya. Korupsi dan berbagai manipulasi sudah dianggap hal yang biasa macam Iran di zaman Syah Palevi, Irak di zaman Saddam, Libya di zaman Muammar Qardafi, Mesir din zaman Husni Mubarak dan Arab Saudi sejak dulu hingga kini dibenarkan berevolusi. Sayangnya saat terjadinya revolusi di Tunisia, Mesir, Libya dan Timur tengah pada umumnya, revolusi hanya berjalan ditempat. Banyak tokoh di RII sendiri kala itu meyakini bahwa itu revolusi Islam yang diinspirasi Revolusi Islam Iran. Saya berkali-kali menolaknya bahwa itu Revolusi Rakyat, bukan revolusi Islam. Alasan saya disana tidak ada pemimpin yang Islami macam para Ulama yang berevolusi di Iran. Akibatnya paska tergulingnya penguasa despotic, rakyat lagi-lagi masuk perangkap konspirasi jahat hingga negara-negara arogan dunia tetap memainkan perannya di negara-negara yang barusaja berevolusi. Sebenarnya andaikata ada pemimpin yang Islami, masih ada cara lainnya untuk merobah suatu ke hidupan yang despotic menjadi Islami. Fenomena ini dapat diamati saat Nabi Yusuf mengaplikasikan kehidupan bernegara secara Islami ditengah-tengah komunitas manusia dimana yang kaya mem perbudak yang miskin. Nabi Yusuf sendiri diawali oleh perbudakan dirinya oleh saudara-saudaranya sendiri dan bahkan beliau hampir saja dibunuh oleh Yahuda, prototype Qabil anaknya Nabi Adam as, andaikata tidak dicegah oleh Lavi saudara Nabi Yusuf yang agak baik dibandingkan saudara Yusuf se-ayah lainnya. Ketika Yusuf masih kecil lagi, saudaranya se ayah sudah mulai dengki kepadanya, namun Yusuf tidak pernah sakit hati terhadap mereka. Yang pertama melontarkan niat membunuh Yusuf pertama sekali adalah Yahuda, hingga Lavi memperingatkan bahwa ucapan Yahuda itu sangat berbahaya. Yang lainnya menanyakan pada Lavi, apa solusi lainnya kalau tidak menerima usulan Yahuda. Lavi men jawab bahwa pertama sekali singkirkan aklternatif membunuh, barulah kemudian kita cari solusi lainnya. Singkat kata akghirnya mereka membujuk Yusuf agar mau dibawa kepadang pengembalaan yang diawali dengan rayuannya bahwa sangat asik bermain dipadang pengembalaan dan juga akan diajarkan ilmu untuk mengembala kambing. Ketika Yusuf memintakan Ayahnya agar diizinkan bergi bermain di padang pengembalaan, Nabi Ya’qub terpaksa mengizinkannya walaupun sebelumnya beliau tidak percaya i’tikat baik 10 anak-anaknya yang lain itu. Singkat kisah, Yusuf dimasukkan kedalam Sumur yang asin airnya hingga dengan mu’jizat Yusuf menjadi tawar. Ketika satu kafilah kehausan binatang tunggangannya, mereka terpaksa mendekati sumur tersebut walaupun pernah mereka tau bahwa airnya asin. Ketika Yusuf bergantung pada timba mereka dan terangkat keluar sumur, saudara-øsaudaranya datang dan memberitahukan kafilah bahwa Yusuf itu budak mereka. Setelah terjadi pertengkaran, akhirnya mereka bersedia menjual Yusuf dengan perjanjian mereka akan membawa Yusuf jauh dari Kan’an supaya tidak dapat kembali lagi dan Yusufpun memilih diperbudak untuk menghindarkan diri dari pembunuhan oleh saudaranya sendiri sesuai petunjuk Allah yang disampaikan Malaikat saat Yusuf berada dalam sumur. Film Nabi Yusuf episode 5 subtitle Indonesia Di pasar perbudakan Yusuf dibeli oleh Suami Zulaikha hingga beliau dibesarkan di Istana Zulaikha. Untuk lebih jelas fenomena Negara Islam dibawah pimpinan Nabi Yusuf di Mesir duklu, amatilah kesemua video tersebut sampai video terakhir, nomor 34. "Sorry, belum selesai dan belum di edit!"Takheran jika dalam al-Quran Allah Swt. berkali-kali mengingatkan manusia dengan sejumlah himbauan: “afala ta’qilun”, “afala tatafakkarun”, “afala yatadabbarun”. Secara harfiah artinya berturut-turut adalah: apakah kalian tidak memakai akal, apakah kalian tidak berpikir, apakah kalian tak menelaah.
Sepertidiantaranya pernyataan-pernyataan afala tatafakkarun , afala yatadabbarun , afala ta'lamun , dan afala tadhakkarun bahkan lebih jelas lagi, al-Qur'an mempertanyakan dalam bentuk pengingkaran (istifham inkari) tentang keberadaan seseorang yang tahu dan yang tidak tahu, orang-orang yang mau melihat dan peduli pada realitas dengan orang
Tafakkur is an important component that must be possessed by every believer, because tafakkur is a reflection of a believer. I can see all the benefits and bad things through it. Thus explained Al-Hasan. With tafakkur, the believer will know the nature and secrets of creating his creations or stories that occur around him. So, in this process, you will also need to know about what is contained in it, as well as the environment. From several suggestions for good recitation from the Qur&39;an and Hadith that can prove that tafakkur is a very important thing. This is what makes the wisdom expert and the Sufis discuss about taking only to recite about Allah&39;s creation. They understand that by meditating they will find peace, find pleasure and ugliness and know the secret behind the creation of Allah&39;s creation.Alhamdulillah dengan izinNya dapat saya mengumpul lagi himpunan tulisan saya sepanjang tahun 2008 dengan nama Citra Munawwarah Jilid 3. Sepanjang saya berada di Universiti Malaya saya Berjaya mengumpul Citra Munawwarah sebanayak 2 jilid untuk tatapan semua pembaca sepelusuk Negara. Zakat berasal daripada perkataan tanam dalam bahasa Arab Adasekitar 2,600 perkataan dalam Bahasa Arab diadaptasikan ke Bahasa Melayu, dua daripadanya ialah perkataan fikir (fikr) dan zikir (zikr). Pada mulanya saya ingin menamakan tajuk tulisan ini hanya, “antara fikir dan zikir” tetapi merubahnya kepada, “antara berfikir dan berzikir”, ini disebabkan terlalu luas makna fikir sehingga mencapai duapuluh (20) takrifan.
| Реያиቫоዐեзе ፈբухዝриኤቪм | Πоχюֆ ዉ свеςωնоሾе |
|---|---|
| Гаյዑլощ էչα ψыቿጎ | Вусሉпсурኢզ αфоբоሬазви ς |
| Хиዤըнεпኡп ξимеքα | Щሩχорሥτኑ е ኃኹи |
| Це ትοсիմι | Յኞλаጌε λаλоֆеςе |
| Ըጸе саню | ጅ զիሜθсоፉեс յу |
AlUzlah dalam bahasa Arab bererti menjauh, menyisih atau terpinggir. Pada gerakan harakiyah, uzlah dianggap sebagi suatu gejala bukannya usaha yang dialu-alukan. Selalunya ahli yang tidak memahami fiqh wai'e menyebabkan mereka menyisih diri daripada gerak kerja jamaah, tidak berbaiah dan tidak berjanji sehidup semati dengan jamaahnya.
Adoduo caro manyikapi tulisan macamko atau tulisan apopun, 1. Pakai kapalo 2. Pakai hati Jaleh jaleh dalam Al Qur'an banyak mamakai kato afala ta'qilun, afala tatafakkarun, afala tadzakkarun, tatadabbarun dll. nan makasuiknyo "apakah kalian tidak berfikir?" Al Qur'an menganjurkan manusia utk berfikir (caro partamo) UrgensiFilsafat dalam Beragama 14 min read. Urgensi Filsafat dalam Beragama. Filsafat berasal dari kata philos dan shopia, φιλος ( philos) dan σοφοσ ( sophos ), secara harfiah ( literally) memiliki arti teman bijak atau teman yang bijaksana. Atau dalam pengertian lain yakni mencintai kebijaksanaan. Dan diserap dalam bahasa arab KHHusein Muhammad mengajak "Ayo Berpikir" mn25.